Thursday, January 13, 2011

Kinerja Busway Koridor IX dan X Buruk




Tidak seperti harapan awal para penguna busway yang memikirkan akan terbebas dari kemacetan semejak adanya koridor IX dan X. Kita bisa meluhatnya sekarang sejak dioperasikannya bus transJakarta Koridor IX Pinangranti-Pluit, kemacetan di Jalan Gatot Subroto-S Parman Jakarta makin parah, seperti terlihat, Kamis (13/1/2011) siang.
Semenjak dioperasikannya jalur khusus bus transjakarta koridor IX atau sebut saja busway IX jurusan Pinang Ranti (Jakarta Timur)-Pluit (Jakarta Utara), kemacetan lalu lintas di Jalan Gatot Subroto-S Parman, khususnya ruas Semanggi-Slipi-Tomang, sungguh luar biasa.
Kalau biasanya kemacetan hanya terjadi pada jam-jam puncak pagi dan sore, sekarang kemacetan berlangsung sepanjang hari.
Bukan hanya di jalur yang dilalui busway IX itu, kemacetan semakin parah juga terjadi di jalan-jalan yang berhubungan dengan koridor itu. Sebut saja Jalan Penjernihan I dan Pejompongan serta arteri Permata Hijau-Pejompongan. Di jalan itu, kemacetan juga berlangsung nyaris sepanjang hari.
Kemacetan parah ini dikeluhkan banyak warga Jakarta, baik pengendara mobil pribadi maupun sepeda motor. Ini karena kemacetan tersebut membuat perjalanan mereka menjadi sangat lama dan melelahkan.
Ternyata, bukan hanya pengendara motor dan mobil pribadi yang kenyamanannya sangat terganggu oleh keberadaan busway IX itu. Para pengguna angkutan umum pun tersiksa. Pasalnya, bukan hanya karena bus yang ditumpangi harus terjebak kemacetan, melainkan juga karena sebagian dari mereka harus berjalan kaki dalam panas atau hujan sampai ke halte tujuan.
Kamis (13/1/2011) sekitar pukul 10.30, misalnya, bus PPD 213 (Kampung Melayu-Grogol) yang saya tumpangi ternyata masuk tol dalam kota dari gerbang Semanggi. Keruan saja, para penumpang yang akan turun di kawasan gedung MPR/DPR, Manggala Wanabhakti, Tomang, kebingungan.
"Kok masuk tol, Bang?" tanya penumpang kepada kondektur. "Lihat saja macetnya, Bu. Begitu tuh sampai Tomang," kata sang kondektur santai. Tak lama setelah masuk, kondektur pun berteriak, "MPR, MPR...Manggala."
Para penumpang yang akan ke MPR/DPR dan Gedung Manggala Wanabhakti pun turun ketika bus menepi di ujung pintu masuk Tol MPR. Mereka harus berjalan kaki sekitar 200 meter melawan arus masuk tol yang sempit, kemudian menyeberang jalur arteri Gatot Subroto yang macet.
"Kok busway juga menyusahkan penumpang bus umum, ya?" kata seorang ibu setengah baya yang turun di pintu masuk Tol Slipi. "Jadi sebenarnya busway itu untuk siapa?" timpal penumpang lain yang juga harus berjalan kaki beriringan bersama belasan penumpang lain melawan arus kendaraan yang akan masuk Tol Slipi.
"Pengendara mobil dan motor terjebak macet. Penumpang umum kayak kami juga dibuat sengsara," kata ibu itu.
Seorang ibu muda yang tengah mengandung berjalan beriringan keluar dari pintu masuk tol itu. Dia harus berjalan sangat hati-hati menyusuri pintu masuk tol. Begitu melewati gardu pembayaran, sebuah truk tangki besar sedang mengantre akan membayar tol. Untuk melintas sangat sulit karena celah yang tersisa tidak muat untuk badannya.
Ditingkahi bunyi klakson tangki, ibu muda itu pun bergeser, menyeberang ke arah gardu pembayaran. Namun, beton alas gardu itu sudah dipenuhi pot sehingga juga hanya menyisakan ruang sekitar 20 cm.
Dengan susah payah dia turun ke lajur sebelahnya yang kebetulan sedang ada mobil sedan yang mengantre. Loloslah dia dari kesulitan.
"Mudah-mudahan ini enggak lama ya, Pak. Kalau terus seperti ini, saya enggak tahu nanti kalau kandungan saya makin besar," kata ibu muda yang mengaku tinggal di Matraman dan berkantor di daerah Palmerah Utara itu.
Ya, mudah-mudahan Bang Foke yang katanya ahlinya menata kota itu mendengar keluhan warga bahwa busway IX ini memang menyengsarakan semua....
Ternyata masih banyak juga kekurangan yang di alami bus transJakarta, janji-janji yang di ucapkan para pemerintah tentang kenyamanan bus transJakarta tidak terlihat sampai sekarang.

No comments:

Post a Comment